Oleh: Cakra Achmad
Konsultan dan Relawan Kemanusiaan
Standar ISO 22328 merupakan bagian dari keluarga ISO yang berfokus pada penguatan resiliensi dan keamanan organisasi dalam menghadapi risiko bencana. Standar ini dirancang untuk membantu organisasi, baik sektor publik maupun swasta, dalam membangun ketahanan terhadap bencana alam melalui kerangka sistem manajemen yang komprehensif dan tangguh. Dengan penekanan pada pencegahan, mitigasi, serta pemulihan, ISO 22328 memberikan panduan praktis untuk meminimalkan dampak dari bencana yang dapat mengganggu operasional organisasi dan memengaruhi keselamatan masyarakat.
ISO 22328: Resiliensi terhadap Risiko Bencana
ISO 22328 terbagi dalam beberapa bagian, dengan fokus utama pada penguatan sistem manajemen risiko bencana, yang dapat diintegrasikan ke dalam proses manajemen keseluruhan organisasi. Standar ini menekankan pentingnya:
- Penguatan Komunitas dan Infrastruktur: Organisasi diharuskan mengidentifikasi kelemahan dalam infrastruktur dan komunitas lokal yang dapat terpengaruh oleh bencana, serta merancang strategi mitigasi yang efektif.
- Perencanaan Berbasis Risiko: Setiap entitas, baik pemerintah maupun swasta, perlu melakukan evaluasi risiko secara mendetail, termasuk risiko bencana alam seperti gempa bumi, banjir, dan tsunami, untuk mengembangkan rencana kontingensi yang tangguh.
- Sistem Manajemen dan Kepatuhan (Compliance): Standar ini mewajibkan organisasi untuk secara terus-menerus mengevaluasi kesiapan mereka melalui audit internal dan eksternal, memastikan bahwa rencana resiliensi yang diimplementasikan sesuai dengan panduan ISO dan peraturan yang relevan.
- Keamanan dan Pemulihan Operasional: Dalam kasus bencana, tujuan utama ISO 22328 adalah memastikan bahwa organisasi dapat melanjutkan operasi vital secepat mungkin dan bahwa pemulihan dilakukan dengan meminimalkan kerugian ekonomi serta dampak sosial.
ISO 22328 Part 3: Inisiatif Standar Tsunami Early Warning System oleh Profesor Teuku Faisal Fathani
Salah satu bagian yang paling menonjol dari standar ini adalah ISO 22328 Part 3, yang secara khusus fokus pada sistem peringatan dini untuk tsunami. Bagian ini diprakarsai oleh ahli Indonesia, Profesor Teuku Faisal Fathani, yang telah lama berkecimpung dalam pengembangan teknologi peringatan dini tsunami dan penguatan resiliensi komunitas pesisir terhadap ancaman bencana tsunami.
ISO 22328 Part 3 menstandarisasi Tsunami Early Warning System (TEWS) yang bertujuan untuk mendeteksi potensi tsunami, memperingatkan komunitas dalam waktu yang cukup cepat, dan memastikan bahwa tindakan evakuasi dilakukan sebelum tsunami mencapai daratan. Standar ini mencakup elemen-elemen kunci berikut:
- Sistem Deteksi Dini yang Andal: Standar ini mengharuskan pengembangan dan implementasi sistem deteksi dini berbasis teknologi mutakhir, termasuk pemantauan gelombang laut dan aktivitas seismik, yang dapat memberikan informasi real-time tentang potensi tsunami.
- Proses Komunikasi yang Cepat dan Efektif: Standar ini menggarisbawahi pentingnya komunikasi yang cepat antara pemerintah, komunitas lokal, dan otoritas terkait, untuk memastikan bahwa peringatan dini disampaikan secara efektif kepada masyarakat yang terdampak.
- Tanggung Jawab Komunitas dan Organisasi: ISO 22328 Part 3 menekankan pentingnya kesiapsiagaan komunitas dalam menanggapi peringatan dini. Organisasi dan korporasi yang beroperasi di wilayah rawan bencana, terutama di kawasan pesisir, juga memiliki tanggung jawab untuk melatih karyawan dan memastikan fasilitas mereka siap menghadapi bencana.
- Pemantauan dan Audit Berkala: Untuk memastikan bahwa sistem peringatan dini tsunami tetap berfungsi dengan baik dan sesuai standar internasional, standar ini menetapkan kewajiban bagi organisasi untuk melakukan pemantauan rutin serta audit berkala terhadap sistem yang telah diimplementasikan.
Relevansi ISO 22328 dalam Global Volunteers Gathering 2024
Global Volunteers Gathering 2024, yang akan diselenggarakan di Banda Aceh pada 16-20 Desember 2024, akan membahas standar ISO 22328 sebagai salah satu topik sentral. Acara ini diadakan dalam rangka memperingati 20 tahun gempa bumi dan tsunami 26 Desember 2004, sebuah tragedi besar yang memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya sistem peringatan dini dan resiliensi terhadap bencana.
Topik ini akan menargetkan profesional, organisasi, dan korporasi yang terlibat dalam pengurangan risiko bencana, serta mereka yang bertanggung jawab atas tata kelola yang berkelanjutan. Pembahasan ISO 22328, khususnya Part 3 tentang tsunami early warning system, sangat relevan untuk mendorong kesiapsiagaan dan respon cepat terhadap bencana alam di kawasan rawan tsunami seperti Indonesia.
Pertemuan ini akan menjadi platform untuk berbagi pengalaman dan praktik terbaik tentang pengurangan risiko bencana melalui standar resiliensi yang komprehensif, serta membahas tantangan yang dihadapi organisasi dalam mematuhi standar ini.
Relevansi dengan Prinsip Environment, Social, and Governance (ESG)
Standar ISO 22328 tidak hanya berfokus pada manajemen risiko bencana, tetapi juga memiliki hubungan yang erat dengan penerapan prinsip-prinsip Environment, Social, and Governance (ESG) dalam organisasi dan korporasi. Berikut relevansi utamanya:
- Lingkungan (Environment): ISO 22328 membantu organisasi dalam memperkuat resiliensi terhadap dampak perubahan iklim, seperti naiknya permukaan laut yang memperburuk ancaman tsunami. Upaya mitigasi dan adaptasi yang diamanatkan oleh standar ini berkontribusi pada pelaksanaan komponen “E” dalam ESG.
- Sosial (Social): Standar ini menggarisbawahi pentingnya perlindungan masyarakat lokal, terutama yang tinggal di wilayah pesisir, dari risiko bencana tsunami. Pelibatan komunitas dalam perencanaan dan pelaksanaan strategi kesiapsiagaan merupakan bagian integral dari tanggung jawab sosial organisasi.
- Tata Kelola (Governance): Organisasi yang menerapkan ISO 22328 dan memenuhi kewajiban audit dan kepatuhan yang ditetapkan akan menunjukkan komitmen pada tata kelola yang baik dan tanggung jawab dalam pengelolaan risiko. Kepatuhan terhadap standar ini juga dapat meningkatkan reputasi organisasi di mata investor yang mengutamakan praktik ESG.
Dampak Bagi Profesional dan Organisasi
Implementasi standar ISO 22328, termasuk Part 3, memberikan panduan penting bagi profesional dan organisasi yang beroperasi di wilayah rawan bencana. Mereka diharuskan mengembangkan strategi yang efektif untuk menghadapi bencana alam seperti tsunami, melakukan audit berkala, dan memastikan kepatuhan terhadap sistem peringatan dini yang telah distandarisasi.
Organisasi yang berhasil mengadopsi standar ini akan lebih siap dalam menghadapi bencana, sehingga dapat meminimalkan dampak operasional dan finansial. Selain itu, mereka akan diakui sebagai entitas yang bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat dan investor.
Standar ISO 22328 tentang resiliensi dan keamanan, termasuk ISO 22328 Part 3, menekankan pentingnya kesiapsiagaan terhadap bencana alam melalui sistem peringatan dini tsunami yang terstandarisasi. Standar ini akan menjadi topik special dalam Global Volunteers Gathering 2024 di Banda Aceh, yang mempertemukan profesional, organisasi, dan korporasi untuk berdiskusi tentang strategi pengurangan risiko bencana dan relevansinya dengan prinsip Environment, Social, and Governance (ESG). Implementasi standar ini, bersama dengan tanggung jawab sosial dan tata kelola yang baik, akan memperkuat ketahanan organisasi terhadap bencana alam serta menunjukkan komitmen mereka terhadap keberlanjutan.